Pendahuluan
Tulisan ini akan memperkenalkan sebuah distro yang sedang naik daun, yaitu Debian GNU/Linux beserta variannya seperti Knoppix, De2 (DeDe), dan DeAl (Debian Alternatif). Perkenalan ini bukan hanya mencakup keunggulan dari distro ini, namun juga akan mengungkapkan kelemahannya. Sebelum memutuskan untuk memilih distro ini, sebaiknya betul-betul menyimak dan memahami apa yang akan didapatkan! Membahas kelebihan/ kekurangan sebuah distro dapat merupakan hal yang sensitif. Untuk itu, tulisan ini sebaiknya jangan dibaca oleh para DISTRO FUNDAMENTALIS yang FANATIK pada sebuah distro tertentu.
"Distro" merupakan kependekan dari "distribusi", yaitu sebuah sistem operasi yang lengkap dalam medium seperti CDROM atau disket. Sebuah distro umumnya terdiri dari sebuah kernel (umpama Linux) yang dilengkapi dengan koleksi paket perangkat lunak bebas (umumnya GNU). Yang dimaksud dengan perangkat lunak bebas (PLB) ialah perangkat lunak yang bebas digunakan untuk keperluan apa pun, bebas dipelajari dan dimodifikasi, bebas diedarkan baik yang asli mau pun modifikasinya, baik secara gratis mau pun dengan bayaran yang tinggi. Terakhir, terdapat kebebasan untuk mempercanggih PLB tersebut. Tentunya, sebuah distro dapat ditambahkan paket-paket yang tidak memenuhi kriteria PLB tersebut di atas.
Memilih Distro
Penulis sendiri telah beberapa kali gonta-ganti distro. Pertama kalinya (1992-1994), mencoba-coba distro SLS (SoftLanding System), yang merupakan pendahulu serta sumber inspirasi dari distro-distro utama yang masih beredar dewasa ini. Sayang sekali, SLS itu sendiri sudah tidak beredar. Selanjutnya menggunakan distro Slackware (1994-1997) untuk kegiatan sehari-hari. Alasan penggunaan kedua distro di atas, semata-mata karena pada saat tersebut merupakan satu-satunya distro yang tersedia di lingkungan Universitas Indonesia (UI)! Pada tahun 1997, penulis beralih menggunakan distro RedHat, karena kebetulan ada kolega dekat "penggemar ngoprek" yang menggunakan distro tersebut. Ya: ini merupakan TIPS UTAMA pemilihan distro:
|
Pada tahun 2000, penulis mengamati terjadinya beberapa kepulauan distro GNU/ Linux di lingkungan UI. Setiap administrator sistem (sisadmin) merasa memiliki hak prerogatif untuk menentukan distro yang akan digunakan. Karena tidak memiliki metoda pemelihara yang seragam, pendekatan seperti ini merupakan mimpi buruk bagi divisi IT di sebuah institusi besar! Bagaimanakah cara memecahkan masalah ini?
Berapa distro yang akan kita evaluasi? Apakah kita akan mengkaji dan membandingkan seluruh distro yang ada (jumlahnya ratusan), atau kita membatasi jumlah distro yang akan dijadikan bahan pertimbangan? Memutuskan hal ini tidak mudah: akan dibatasi hingga mengevaluasi berapa distro? Apa yang menjadi bahan pertimbangan/ kriteria untuk membatasi jumlah? Dengan asumsi bahwa banyak yang akan sepakat bahwa lima besar distro dewasa ini ialah (diurut berdasarkan abjad): Debian, Mandrake, RedHat, Slackware, dan SuSE. Distro yang mana, yang akan ku pilih? Distro yang mana, yang akan ku pilih? Hati-hati: pertanyaan seperti itu telah berkali-kali menyulut debat panas tanpa penyelesaian yang tuntas!
Apakah semua distro itu "baik", atau adakah sebuah distro yang "lebih baik" dari distro lainnya? Namun, berdasarkan azas "lebih sederhana, lebih baik"; beban kerja para sisadmin akan lebih ringan jika mereka tidak perlu memelihara "aneka distro" yang beragam! Kesimpulan, pilihlah satu atau dua dari kelima distro tersebut di atas! Tentu saja, memilih sebuah distro hampir sama dengan memilih jodoh: selain faktor babat, bebet, bobot, ada juga faktor yang tidak dapat dijelaskan dengan akal sehat.
|
Mengapa Tidak Debian GNU/ Linux?
Sebelum memutuskan untuk memilih distro berbasis Debian GNU/Linux, sebaiknya memahami beberapa hal berikut ini. Pertama-tama, distro ini dikembangkan oleh sebuah komunitas (developer) yang sangat tidak berkeberatan "berbagi" apa pun yang mereka miliki: paket program, pengetahuan, tips, suka-duka, dst. Mereka pun akan sangat bergembira jika distro ini bermanfaat dan memuaskan anda! Namun, mereka sangat-sangat berkeberatan diganggu dengan "saran" mau pun "tuntutan" perihal bagaimana seharusnya mengembangkan distro ini! Janganlah menggurui mereka dengan istilah-istilah seperti "market share", "user friendly", "branding". Mereka tidak akan perduli.... Hue, Hue!
Prinsip "sekali install, selanjutnya tinggal update" berakibat sistem Debian jarang sekali diinstall ulang. Dengan sendirinya, program "install" distro Debian kurang berkembang sehingga sangat kurang bersahabat. Ini dapat membuat frustrasi, terutama para pemula yang mencoba menginstall Debian untuk pertama kalinya. Hingga rilis 3.0, distro ini tidak dapat mendeteksi perangkat keras. Pada saat menginstall, mesti memahami jenis perangkat keras yang digunakan, seperti jenis Video Card atau Network Card. Akibatnya, sering muncul keluhan pada saat menginstall X11 atau pun Internet. Janganlah mengeluh bahwa masalah ini tidak ditemukan pada distro "A" atau distro "B". Para pengembang Debian akan menyarankan anda untuk memilih distro lain saja!
Paket Debian dikenal super-stabil yang artinya bukan merupakan paket "state of the art". Para pengembang sangat konservatif dalam penentuan upgrade revisi perangkat lunak tersebut. Jika anda ingin selalu menggunakan revisi-revisi terakhir dari perangkat lunak, distro Debian "stable" jelas bukanlah pilihan yang tepat! Terdapat sekurangnya dua konsekuensi dari kebijaksanaan ini. Pertama, paket-paket Debian sudah sangat stabil sehingga tidak perlu ada rutinitas kompail ulang. Jika anda termasuk yang percaya "bikinan sendiri lebih baik", sistem Debian mungkin tidak cocok untuk anda! Kedua, terdapat kemungkinan bahwa distro ini belum mendukung driver perangkat keras yang mutakhir.
Sistem pemeliharaan Debian sebaiknya didukung oleh sebuah repositori paket. Ukuran repositori ini cukup besar, yaitu sekitar 40-60 Gbytes. Lihat juga repostitori http://kambing.vlsm.org/debian-all/. Namun, hal ini dapat diatasi oleh distro varian Debian seperti De2 (DeDe) dan DeAl (Debian Alternatif). Kedua distro tersebut memiliki ukuran repositori pake dibawah 700 MB!
Terakhir, siklus pengembangan distro sangat konservatif alias lambat. Para pengebang tidak mengenal istilah "dead line" sehingga jangka waktu antar rilis dapat bertahun-tahun. Hal ini juga mengakibatkan paket-paket Debian menjadi sangat tertinggal revisinya.
Mengapa Debian GNU/ Linux?
Lalu mengapa penulis memutuskan untuk memilih Debian GNU/ Linux? Alasan utamanya ialah, sistem pemeliharaan paket berbasis program "APT" yang canggih! Sekali terinstall dengan betul, pemeliharaan sistem (update) dapat ditangani dengan campur tangan sisadmin yang sangat minim. Jadi, sisadmin akan memiliki banyak waktu luang untuk mengerjakan hal lain dari pada mengerjakan rutinitas yang membosankan!
Hal tersebut di atas, akan terasa lebih nyaman jika memelihara puluhan bahkan ratusan sistem sekali gus: dengan campur tangan sisadmin seminim mungkin, proses pemeliharaan tersebut cukup berlangsung beberapa menit!
Distro Debian "stable" terkenal sangat stabil, sehingga sistem hanya di-reboot setelah mengganti kernel, mati listrik, atau pergantian perangkat keras. Bandingkan dengan sistem operasi "You-Know-What" yang harus direboot setiap kali meng-upgrade driver.
Terdapat beberapa hal lainnya yang mungkin dapat dikatakan sebagai keunggulan. Pertama, jumlah paket yang ada hampir mencapat 10000. Komunitas ini sangat terbuka untuk untuk siapa saja yang berminat memelihara paket debian. Perlu dicatat, bahwa tidak semua paket tersebut dipelihara dengan baik. Selain itu, paket sewaktu-waktu dapat dihapus pada rilis berikut; jika tidak ada yang bersedia untuk memeliharanya. Kedua, distro ini tidak hanya mendukung arsitektur i386, namun juga Alpha, ARM, HP PA-RISC, Intel IA-64, Motorola 68k, MIPS, MIPSEL, PowerPC, IBM S/390, dan Sparc. Terakhir, selain kernel Linux, distro Debian juga mendukung kernel lain seperi FreeBSD, HURD, dst.
Akibat kelebihan tersebut diatas ini, banyak yang mengembangkan distro varian berbasis distro Debian ini, seperti:
- Knoppix -- distro ini dapat dioperasikan langsung dari CDROM tanpa penginstallan. Kita juga dapat melakukan "remastering" isi CDROM dengan paket-paket tambahan yang sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing pengembang master.
- Lindows -- merupakan plesetan dari "
- Linux Windows
" yang menggabungkan kestabilan Linux dan kemudahan Windows.
- Xandros -- Seperti halnya Lindows di atas, distro ini lebih mudah diinstall. Distro ini merupakan penerus dari "Corel".
- De2 -- DeDe merupakan sebuah distro yang dikembangkan di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Setidaknya ada dua yang perlu dicatat pada distro ini. Pertama, distro ini berukuran kompak yaitu satu CDROM saja. Kedua, distro ini secara konsisten telah terbit sekurangnya empat kali dalam satu bulan (biasanya setiap hari Jumat). Terakhir, distro ini hanya dipelihara oleh satu orang. Distro ini sebetulnya hanya merupakan sebuah prototipe yang harus dikembangkan lebih lanjut.
- DeAl -- Debian Alternatif merupakan pengembangan lanjut dari De2.
No comments:
Post a Comment